Jumat, 11 Mei 2012

 LAPAN: Sukhoi Superjet 100 Dikepung Awan



 Fraksi Liputan Awan Per Jam
JAKARTA — Analisis peneliti di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN) dengan satelit cuaca MTSAT menunjukkan bahwa Sukhoi Superjet 100 mungkin dikepung awan saat terbang di atas Gunung Salak.

"Saat terbang, awan di sekitar Gunung Salak tampak sangat rapat dengan liputan awan lebih dari 70 persen," ungkap Thomas Djamaluddin, peneliti LAPAN.

"Analisis indeks konveksi menunjukkan indeksnya sekitar 30 persen. Artinya, ada awan cumulo nimbus sampai ketinggian 37.000 kaki (11.100 meter). Sangat tebal," ucap Thomas lagi.

Dengan kondisi tersebut, menurut Thomas, pilot akan mencari jalan sehingga bisa lolos dari kepungan awan. Dari kondisi semula ketika pesawat terbang pada ketinggian 10.000 kaki, ada tiga pilihan, yaitu menaikkan, menurunkan ketinggian, atau bergerak ke samping.

Thomas mengungkapkan bahwa untuk menaikkan ketinggian, pesawat harus naik 27.000 kaki dari 10.000 kaki ke 37.000 kaki. Ini terlalu tinggi. Sementara itu, untuk bergerak ke samping, awan pun sepertinya rapat.

"Sepertinya menurunkan ke ketinggian 6.000 kaki ini dianggap paling masuk akal, walaupun riskan. Mungkin dianggap ada celah di bawah," ungkap Thomas. Ketika turun, risikonya adalah berhadapan dengan topografi gunung.

Thomas mengatakan bahwa faktor cuaca ini belum tentu menjadi penyebab jatuhnya pesawat. LAPAN hanya melakukan analisis cuaca di sekitar Gunung Salak pada saat Sukhoi Superjet 100 terbang. Menurut Thomas, cuacanya "buruk sekali".

LAPAN dengan hasil analisisnya tak ingin buru-buru membuat kesimpulan. Analisis sekadar memberi jawaban sementara pada apa yang mungkin terjadi, daripada meramaikan situasi dengan spekulasi yang tak berdasar.

Seperti diberitakan, Sukhoi Superjet 100 jatuh pada Rabu (9/5/2012) sekitar pukul 14.33.